Beranda

Jumat, 28 Januari 2011

MENDONGENG: CARA TEPAT PENANAMAN SEJAK DINI NILAI MORAL UNTUK ANAK


oleh Feni Arini

Pendahuluan
Dewasa ini, pada kenyataannya banyak orang tua kurang perhatian dalam mendidik anak terutama dalam hal mengajari bagaimana untuk memiliki pribadi yang baik yang mencakup pola pikir yang sesuai dengan usia dan bahasa yang harusnya digunakan. Banyak anak yang karena terlalu banyak menonton televisi (sinetron), maka terbentuklah pribadi yang tidak sesuai seperti berbicara yang tidak baik, pola pikir yang tidak berkembang atau terlalu jauh karena tidak ada batasan atau bimbingan dari orang tua. Sepertinya orang tua zaman sekarang melupakan sebuah cara dari zaman nenek moyang kita yang kuno namun lebih baik ketimbang pemanfaatan teknologi (televisi) yang terkadang tidak tepat guna dalam penggunaannya yaitu mendongeng. Mendongengkan sebuah cerita dianggap hal yang memakan waktu sehingga banyak yang merasa terbuang waktunya jika harus bercerita untuk anaknya. Padahal, dongeng merupakan sebuah wujud interaksi sosial dalam sebuah keluarga untuk dijadikan cara pengembangan pola pikir anak dan komunikasi berbahasa.
Usia kanak-kanak adalah di mana masa pertumbuhan seorang manusia yang bisa dilihat dengan siginifikan. Masa 0 tahun hingga beranjak remasa sekitar 13 tahun bisa dibilang merupakan masa yang paling penting untuk ditanamkan nilai-nilai sebagai manusia. Di sinilah peran orang tua sangat dibutuhkan untuk memberikan kebutuhan-kebutuhan anaknya akan kebutuhan nilai-nilai moral dan kemanusiaan.
Nilai-nilai moral dan kemanusiaan yang harus ditanamkan itu mulai dari pembinaan untuk mengarahkan pola pikir anak ke arah yang tepat dan pembinaan berbahasa yang baik. Pembinaan penanaman nilai-nilai sejak dini akan lebih sangkil dan mangkus atau efektif dan efisien di dalam otak usia kanak-kanak. Ini dikarenakan belum banyak terkontaminasi akan hal-hal luaran karena anak masih menjadikan orang tua, keluarga dan lingkungan sekitar sebagai model pada pembentukan anak tersebut. Orang tua adalah model atau sosok yang sering ditiru yang merupakan pembentuk awal seorang anak. Hingga ada peribahasa buah kelapa tidak akan jatuh jauh dari pohonnya, tentu peribahasa itu tidak lah lagi asing. Artinya kelakuan, perilaku, atau sifat seorang anak tidak lah jauh berbeda dengan orang tuanya. Tentu jika menjadi orang tua kita menginginkan anak yang baik. Seharusnya sebagai orang tua jangan sebatas hanya menginginkan tapi harus mewujudkan dalam bentuk perbuatan atau berperan secara aktif atau terjun langsung dalam pembentukan anak.
Pandangan tentang kewajiban mendidik anak hanya akan menjadi beban orang tua apalagi jika orang tua itu tidak memiliki kesadaran dalam mendidik anak. Manusia lebih senang menjalani haknya sebagai manusia. Kenapa tidak kewajiban mendidik anak diganti dengan hak mendidik anak sehingga sebagai orang tua merasa mendidik anak adalah hak yang harus dipunyai setiap orang tua. Mendidik anak bukanlah berarti sebatas harus menyekolahkan tetapi sesungguhnya adalah sejauh mana orang tua tersebut berperan sebagai sosok yang bisa ditiru untuk pembinaan anak tersebut dalam hal pengembangan pola berpikir yang harus terus digali.

The Golden Age
Dalam buku Mendidik Anak lewat Dongeng menurut Muhaimin, usia emas atau golden age adalah masa keemasan manusia. Usia ini merupakan periode yang amat penting bagi seorang anak. Pendidikan pada rentang usis tersebut sangat menentukan tahap perkembangan anak selanjutnya. Masa-masa emas ini tersebut berda dalam rentang usia 0 sampai 6 tahun. Pada masa inilah sentuhan orang tua diperlukan. Namun, kesadaran akan hal ini sangat kabur. Dalam artian banyak orang tua yang tidak memperhatikan hal ini. Sesungguhnya, penanaman nilai-nilai kepada anak usia keemasan tidak hanya untuk menjadikan anak tersebut menjadi anak cerdas, namun bagaimana menanamkan nilai sosial yang berhubungan dengan moral sebagai bekal manusia dewasa nantinya.
Orang tua harus menjadi teladan bukan penyuruh, bukan sekedar menjadi penunjuk tetapi harus menjadi petunjuk yang secara langsung menjadi model yang akan ditiru seorang anak. Dalam buku Mendidik Anak lewat Dongeng ditulis sebuah pepatah yaitu anak-anak tidak pernah menjadi pendengar yang baik bagi orang tuanya, tetapi mereka menjadi “peniru yang baik” bagi orang tuanya. Mendidik seorang anak tidak hanya secara verbal dengan memerintah atau menyuruh anak menjadi anak yang baik melainkan anak-anak belajar melalui apa yang mereka lihat dan ada di sekitar mereka. Untuk menjadi contoh yang baik haruslah menciptakan suasana pendidikan yang tepat dan baik dengan menyontohkan sikap, perilaku, perbuatan yang baik sehingga anak meniru pun yang baik-baik.

Peran Orang Tua Masa Kini dalam Mendidik Anak
Orang tua sebagai model atau sosok yang akan ditiru tentu mempunyai peranan besar dalam mendidik anak. Tentu jangan salah kaprah bahwa mendidik anak adalah hal susah dan menyalahkan anaknya yang nakal. Lebih baik orang tua menyadari dan menjalani apa-apa peran yang harus diperankan. Yang pertama sebagai pengawas tumbuh dan kembang anak. Ini dengan cara menciptakan suasana rumah yang harmonis dan suasan belajar di rumah yang sifatnya demokratis. Sehingga merka terdorong untuk belajar mandiri dan tetap terarah. Selain sebagai pengawas, orang tua berperan dalam memberikan pengetahuan dan pembelajaran untuk si anak. Jadi yang belajar bukan hanya anak tetapi juga orang tua harus belajar dan memberikan hasil belajarnya untuk si anak. Misalnya banyak membaca buku mengenai anak, setalh itu diaplikasikan dan dicontohkan ke anak. Kemudian orang tua harus megawasi anak ketika menonton televisi. Orang tua harus pintar-pintar memilihkan dan mengawasi anak secara terbimbing bukan hanya sekedar menemani menonton televisi. Karena banyak acara televisi yang tidak cocok, tidak ada sensor, apalagi anak-anak hanya mampu menyerap tanpa bisa menolak apa-apa yang menjadi hal baru bagi diri si anak. Secara umum, peran orang tua masa kini lebih konsentrasi atau berpusat dalam pengawasan televisi dan teknologi yang akan membawa pengaruh terhadap anak.

Sinetron vs Dongeng
Pada era globalisasi teknologi mempunyai arti penting dalam kehidupan. Namun, teknologi tidak selamanya bermanfaat bila penggunaannya tidak tepat guna atau tidak ada kontrol dan pengawasan yang baik. Begitu juga televisi yang merupakan media elektronik canggih yang sudah menjadi kebutuhan manusia, namun pada era ini televisi di Indonesi lebih untuk kebutuhan menghibur dan ironinya menghibur yang banyak tidak mendidik. Faktanya televisi lebih memprogramkan sinetron yang berebut rating sebuah bentuk peningkatan kuantitas penonton bukan yang berkualitas. Dengan dasar itu lah televisi hanya berisi program-program sinetron yang tiap hari bergentayangan di stasiun televisi Indonesia.
Padahal setiap hari televisi ditonton ribuan manusia yang secara langsung menjadi tiruan manusia. Parahnya beredar sinetron yang bertebaran yang isinya hanya adegan-adegan yang tidak pantas dan tidak mendidik. Kesadaran pengaruh negatif dari televisi khusunya sinetron kurang diperhatikan orang tua, terkadang orang tua menirukan dengan sering menonton televisi dan akhirnya anak ikut menonton. Ini secara langsung membentuk anak dengan tuntunan televisi. Jika yang ditonton baik dan melalui pengawasan tidaklah menjadi masalah. Tetapi jika yang ditonton dan tidak melalui pengawasan dan bimbingan tentunya menjadi masalah pengaruh besar terhadap anak. Bisa dikatakan lebih banyak negatifnya ketimbang positifnya.
Lain hal dengan dongeng, menurut Andi Yudha dalam buku Cara Pintar Mendongeng, dongeng mempunyai fungsi yang baik yaitu di antaranya sebagai lambang ketulusan dan kasih sayang dari orang tua yang mendongeng, dapat merangsang jiwa petualangan anak, sebagai pemicu kritis, merupakan pengantar tidur anak, untuk melatih anak berpikir sistematis, sebagai jendela pengalaman yang bermakna bagi anak, merupakan sarana untuk rekreasi batin, dongeng dapat menembus ruang dan waktu, sebagai alternatif pengobatan tanpa obat, mengajak anak mengenal kebesaran Sang pencipta, membuat otak anak jadi rileks, dapat melatih kemampuan berbahasa anak, menggiring anak menyukai buku dan membacanya, memancing ekspresi anak melalui tulisan dan gambar, dapat memacu dan memicu kreativitas, sebagai sumber kearifan anak, mengandung hiburan.
Dongeng yang di atas akan bermanfaat ketika mendongeng jika dongeng-dongeng yang dibacakan telah dipilah-pilih sesuai dengan yang benar dan kesukaan anak. Karena itu kita harus pintar-pintar memilih dongeng yang mendatangkan manfaat dalam hal mendidik anak lewat dongeng.

Mendidik Anak lewat Mendongeng
“Mendongeng adalah ibadah, jihad orang tua untuk membentuk generasi masa depan”(Suminto A. Sayuti, 2010, dalam buku Mendidik Anak Lewat Dongeng). Kutipan di atas haruslah dipertimbangkan benar-benar dan menjadikan kita pengetahuan bahwa ada suatu cara mendidik anak untuk menjadi generasi yang baik yaitu dengan mendongeng.
Menyempat-nyempatkan waktu bermain dengan anak, berinteraksi dengan anak, menjaga hubungan harmonis dengan anak, komunikasi dua arah merupakan manfaat dari mendongeng. Bisa dijadwalkan sebelum waktu tidur anak, atau di waktu senggang, atau ketika bermain bersama. Hal kedua yang harus diperhatikan selain kapan mendongeng adalah pemilihan cerita yang tepat dan membawa manfaat karena dongeng banyak macamnya. Macam-macam dongeng yang bisa kita pilih di antaranya:
1.      Dongeng yang berhubungan dengan dunia binatang atau fabel, yaitu dongeng tentang kehidupan binatang yang digambarkan dapat berbicara, biasanya digunakan untuk menyindir perbuatan yang salah. Misalnya si kancil.
2.      Dongeng yang berkaitan dengan legenda. Contoh asal usul tangkuban perahu.
3.      Dongeng yang berkaitan dengan cerita rakyat. Contohnya Malin Kundang.
Dongeng yang dibacakan orang tua kepada anaknya sesuai dengan dongeng yang telah dipilih inilah yang akan mengantarkan si anak dengan suatu pesan moral melalui pembahasaan orang tua terhadap cerita dongeng tersebut. Ini dikarenakan karena tidak semua anak mampu menangkap isi cerita. Peranan dongeng di sini seperti sebuah stimulus bagi orang tua untuk merangsang kemampuan anak dan bagi anak agar mendapatkan gambaran tentang nilai-nilai yang terkandung. Pesan atau nilai yang ada dalam suatu dongeng tidak akan terwujud jika orang tua tidak membahasakannya dengan baik. Jadi, orang tua harus pintar-pintar memberikan simpulan yang berhubungan dengan dongeng yang dibahasakan. Sehingga jalinan interaksi antara orang tua dengan dongeng dengan anak dan anak dengan dongeng dengan orang tua akan terjalin secara emosi. Jika emosi sudah terbangun maka akan membantu perkembangan anak.
Mengutip dalam buku mendidik anak lewat dongeng, pesan atau nilai yang ada dalam suatu dongeng dapat digambarkan yaitu:
1.      Nilai tentang persahabatan. Contoh cerita perjalan Ashabul Kahfi yang bersahabat baik dan kompak. Sehingga mereka beristirahat dalam sebuah goa hampir 350 tahun lamanya dan mereka tidak sadar beratus tahun di dalam gua dan sesungguhnya itu kuasa Allah. Cerita ini bisa menjadi alternatif yang baik untuk anak.
2.      Pesan jangan berbuat jahat. Dongeng bawang merah bawang putih bisa menjadi alternatif yang baik. Larangan terhadap anak untuk berbuat jahat seperti bawang merah dan anjuran berbuat baik seperti bawang putih. Jadi anak tidak serta merta kita nasihat dan larang tetapi melalui dongeng ini akan lebih masuk dan merangsang anak.
3.      Nilai akibat durhaka kepada orang tua. Cerita Malin Kundang bisa menjadi alternatif yang baik untuk diceritakan ke anak sebagai penanaman nilai moral jika melawan orang tua bukan lah hal baik dan dapat berakibat tidak baik bagi yang durhaka.
4.      Nilai perjuangan. Nilai ini bisa dengan cara menceritakan tentang kerajaan-kerajaan di Indonesia.
Dengan begitu banyaknya dongeng yang ada, begitu banyak pula kita mampu memperkaya anak kita dengan hiburan sekaligus manfaat yang sangat mendidik. Orang tua harus mampu memanfaatkan apa-apa yang harus dijadikan pembelajaran anaknya karena ini pula untuk kebaikan anaknya dan dirinya sendiri.
Nilai-nilai di atas merupakan sebagaian dari nilai moral yang bisa ditanamkan ke anak melalui mendongeng sejak dini. Penanaman nilai moral dalam hal mendongeng merupakan stimulus yang bersifat halus namun tetap manjur. Apalagi jika orang tua rajin melakukannya sehingga akan kuat tanaman nilai moral dan melekat ke anak tersebut. Pendekatan lewat mendongeng ini juga akan berpengaruh ke dalam hubungan keluarga yaitu orang tua dan anak. Interaksi yang biasa dilakukan dalam dongeng akan membawa pengaruh ke perilaku keseharian sehingga antar orang tua dan anak tidak lagi canggung. Anak akan nyaman untuk terbuka dengan ada orang tua.
Nilai moral yang ditanamkan dengan kebiasaaan mendongeng tentu akan menghasilkan hal yang baik jika prosesnya baik. Penanaman nilai sejak dini akan memungkinkan sebuah proses yang lebih baik karena orang tua lebih bisa lama mempunyai waktu dan kontiunitas yang tinggi dalam mendidik anak. Seorang anak dalam sehari misal, tidak bisa langsung mengerti atau mematuhi perintah orang tua untuk menjadi anak yang baik. Tetapi melalui dongeng yang dibacakan setiap harinya, seorang anak akan terbiasa dengan hal-hal baik yang dicontohkan dalam dongeng. Dengan begitu secara langsung maupun tidak langsung, nilai moral itu tertanam di dalam jiwa si anak dengan lebih lekat dan dengan sendirinya anak tersebut telah menyimpan dalam memorinya.

Kesimpulan
Mendidik anak bukanlah sekedar menasehati, mencari kesalahan anak dan memberitahu kesalahannya dari kacamata orang dewasa, tetapi mendidik anak adalah memberikan bantuan dan bimbingan sesuai kebutuhan anak yang didasarkan dengan kaca mata mereka sebagai seorang anak. Mereka melihat maka meniru, jika kita memberi tiruan yang tidak baik maka secara langsung maupun tidak langsung kita memberikan kontaminasi terhadap anak tersebut. Jika kita mencontohkan tidak baik maka hasilnya akan sama.
Melalui dongeng dengan pemilihan dongeng yang tepat  merupakan sebuah cara tradisional yang tidak kalah hebat pengaruhnya dan mudah diterapkan ke anak untuk dicontoh. Sekarang tinggallah bagaimana pembaca sebagai orang tua atau pendidik menyadari akan penanaman nilai moral di masa keemasan atau golden age. Menyadari bahwa memberikan waktu luang untuk berinteraksi dengan anak melalui mendongeng adalah sebuah kebutuhan dan hak yang harus dituntun di dalam kesadaran kita. Tentunya dengan memilih contoh dongeng yang baik pula yaitu pengawasan dan kontrol terhadap anak akan terus terjaga sehingga nilai-nilai moral bisa terus berkembangbiak dan tumbuh subur dalam jiwa anak hingga dewasa nanti dalam menjalani kehidupan yang akan terus bergulir.


DAFTAR PUSTAKA
Al-Qudsy Muhaminn, Ulfah Nurhidayah. 2010. Mendidik Anak lewat Dongeng. Depok: Madani
K, Riris Toha-Sarumpaet. 2010. Pedoman Penelitian Sastra Anak: Edisi Revisi. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor
F, Nurul Huda. 2010. Kiat Membentuk Anak Berkarakter. Jakarta
Skirpisi dari Kamila JBSI 2006 (2010)
www.fedus.org

Tidak ada komentar: