Beranda

Selasa, 26 Oktober 2010

Shayenda Hielza - Poros Paradikmatik Bahasa Afrizal Malna


Analisis Resensi
 “Poros Paradigmatik Bahasa Afrizal Malna”
Oleh : Shayenda Hielza
(2115085024)


Dalam penulisan resensi harus diperhatikan beberapa hal, misalnya dalam tahap awal kita harus mengetahui apa itu resensi?. Resensi adalah suatu tulisan atau ulasan mengenai nilai sebuah karya atau buku, dalam buku Gorys Keraf dengan dasar resensi ada pertimbangan atau penilaian secara objektif atas sebuah hasil karya atau buku, penulis harus memperhatikan dua faktor, yaitu: pertama, penulis harus memahami sepenuhnya tujuan dari pengarang aslinya, dan kedua ia harus menyadari sepenuhnya apa maksud membuar resensi itu. Selain itu juga ada beberapa sasaran yang harus diresensi seperti latar belakang, macam atau jenis buku, keunggulan buku, dan nilai buku.
Resensi buku karya Afrizal Malna, yang ditulis oleh Acep Iwan Saidi yang berjudul “Poros Paradigma Bahasa Afrizal Malna ”, buku yang diresensi oleh Acep ini di dalamnya terdapat kumpulan syair dan sajak karya Afrizal Malna. Dalam resensi dan buku terdapat judul yang berbeda, pada judul resensi bisa kita ketahui tentang pembelajaran suatu bahasa dan banyak informasi yang diberikan dalam resensi buku ini terutama tentang pemaikaian bahasa yang digunakan dalam penulisan sastra. Pada awal penulisan Acep membuka dengan pembahasan tokoh linguistik, Acep sudah sudah menuliskan resensibuku ini dengan baik dan mudah memahami. Menurut Gorys Keraf tentang sasaran resensi terdapat latar belakang buku tetapi Acep tidak menuliskan dengan jelas tentang latar belakang buku karya Afrizal Malna, lalu dalam  macam atau jenis buku yang dibandingkan oleh Acep ialah mengambil contoh perbandingan buku dari karya Chairil Anwar dan Sutardji Calzoum Bachri, Acep tidak membandingkan dengan buku karya Afrizal Malna sebelumnya dan dalam perbandingan buku ini Acep hanya memperlihatkan tentang perbandingan bahasa yang ada. Yang terakhir dari sasaran-sasaran resensi ialah tentang keunggulan buku yang ada pada paragraf terakhir dari resensi tersebut, Acep menuliskan keunggulan dari buku tersebut membawa pembaca untuk berimajinasi di ruang visual yang diciptakan oleh kata-kata.
Jadi bisa disimpulkan yang ada dalam resensi buku karya Afrizal yang dapat kita ambil adalah ada beberapa hal yang tidak dituliskan oleh Acep sebagai penulis resensi  yang berjudul “Poros Paradigmatik Bahasa Afrizal Malna” dalam sasaran resensi yang ada pada buku Komposisi oleh Gorys Keraf seperti latar belakang, tetapi penulisan karya Acep mengusung keindahan dalam penulisan resensi pada buku Afrizal Malna pada saat menuliskan keunggulan bukunya. Dalam resensi ini terutama pada unsur kebahasaan pembaca dapat memperoleh pengetahuan yang lebih, karena ada perbandingan unsur bahasa dalam buku karya lainnya alaupun bukan buku karya Afrizal Malna itu sendiri.

Minggu, 24 Oktober 2010

Ayu Puspa Nanda - Kebangsaan di Mata Seorang Pancasilais


Komentar Resensi Buku Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia
“Menilik Resensi dari Sang Ahli”
Oleh: Ayu Puspa Nanda

            Kebangsaan di Mata Seorang Pancasilais, sebuah judul resensi yang ditulis oleh Yohanes Krisnawan. Ia menilai buku yang ditulis oleh Soediman Kartohadiprodjo yakni pribadi yang sangat bangga dan mengakui akan keberadaan Pancasila sebagai landasan idiil negara Indonesia. Resensi ini terdiri dari tiga bagian utama. Hal pertama yang ditulis oleh Yohanes adalah tentang gagasan yang diangkat oleh Soediman. Dalam hal ini dijelaskan, alasan-alasan apa saja yang menjadi latar pemikiran Soediman dalam membuat buku ini. Kemudian Yohanes juga menjelaskan dengan rinci bagaimana sosok Soediman Kartohadiprodjo serta Yohanes tak lupa untuk mengulas kelemahan buku tersebut.
Menurut Gorys Keraf resensi adalah suatu tulisan atau ulasan mengenai nilai sebuah hasil karya atau buku. Dalam hal ini Yohanes sudah melakukan apa yang seharusnya dilakukan oleh seorang peresensi terhadap buku yang ia nilai. Bahkan seperti yang tadi sudah saya kemukakan di atas, Yohanes justru menambahkan apa hal yang menjadi latar belakang penulis menulis buku ini. Hal ini membuat pembaca dapat memperoleh pengetahuan yang lebih dari sebelumnya.
Bagian tengah buku Yohanes membahas latar belakang pendidikan Soediman, dari mulai pendidikan di dalam sampai ke luar negeri, hal itu sangat berlebihan dan sepertinya tidak perlu dicantumkan selengkap itu. Kemudian di paragraf terakhir Yohanes mengemukakan kelemahan buku ini dari sisi penyuntingan. Yohanes juga membahas keunggulan buku yang dimasukkan dalam rangkaian bagian isi buku. Hanya saja, Yohanes tidak menampilkan semua hal  yang diperlukan dalam sebuah resensi. Sebuah resensi juga harus menampilkan klasifikasi buku, organisasi buku, bahasa yang digunakan serta mengemukakan sasaran pembaca. Namun, hal tersebut tidak ada dalam resensinya yang berjudul Kebangsaan di Mata Seorang Pancasilais/


Sheila Novelia - Dongeng Zaman Pancaroba

Sheila Novelia (2115081310)
3.A



Menulis resensi buku sebenarnya mirip dengan memilih calon istri atau calon suami. Mengapa demikian? Karena suatu resensi, apapun obyeknya baik itu resensi film, buku, drama, teater, pembacaan puisi, musik, dan sebagainya pada akhirnya memberikan suatu penilaian, pertimbangan, saran dan rekomendasi kepada pembaca untuk menentukan sendiri sikapnya terhadap obyek yang diresensi tersebut.
Sebelum memilih pasangan hidup misalnya, si laki-laki akan membuat penilaian atas berbagai aspek. Aspek luar, yang bisa langsung terlihat seperti kecantikan, bentuk tubuh, cara bicara, cara makan, dan cara berpakaian dari calon istrinya. Aspek dalam, yang membutuhkan pengamatan lebih intens seperti kesabaran, kebaikan hati, sikap pengertian, kesetiaan, kecerdasan dan sebagainya.
Dalam meresensi buku, hal serupa juga dilakukan.  Seperti yang dikemukakan oleh Gorys Keraf dalam Komposisi, Beliau mendefinisikan resensi sebagai ”Suatu tulisan atau ulasan mengenai nilai sebuah hasil karya atau buku” (Keraf, 2001 : 274). Dari pengertian tersebut muncul istilah lain dari kata resensi yaitu kata pertimbangan buku, pembicaraan buku, dan ulasan buku. Intinya membahas tentang isi sebuah buku baik berupa fiksi maupun nonfiksi.
Misalnya dalam meresensi buku karya Remy Sylado ini. Apakah buku terbaru karya Remy Sylado ini layak dibaca? Apa kelebihan atau kekurangannya dibandingkan karya Remy sebelumnya? Adakah unsur-unsur yang baru dalam buku Remy kali ini, dari segi jalan cerita, karakter tokoh-tokohnya, atau tema yang dipilih? Apakah isinya relevan dengan konteks situasi Indonesia masa kini? dan seterusnya. Adanya unsur penilaian inilah yang membedakan reseni buku dari sekadar ringkasan atau rangkuman isi buku belaka. Banyak penulis resensi yang lupa akan esensi suatu resensi, sehingga yang ia tulis sebenarnya cuma ringkasan isi buku. Sampai akhir tulisannya, pembaca tetap tidak tahu apakah buku itu memang layak dibaca atau tidak, apakah isinya bermutu tinggi, rendah, atau sedang-sedang saja.
Bonnie Triyana merupakan seorang sejarawan dan Pemimpin Redaksi Majalah Historia Online, dalam meresensi novel Hotel Pro Deo ini, Ia memulainya dengan menguraikan sinopsis sebanyak empat paragraf pada bagian awal. Sinopsis ceritanya menerangkan seputar cerita yang diangkat dalam novel beserta tokoh-tokoh yang terlibat. Bonnie membandingkan novel Hotel Pro Deo dengan beberapa novel karangan Remy Sylado lainnya, hal ini terlihat dalam paragraf berikut, Sebagaimana novel-novel nya yang terbit lebih mula, Ca Bau Kan (2002) dan Kembang Jepun (2003), Remy selalu menghadirkan romantika kehidupan manusia dalam kungkungan jiwa dan problematik zamannya masing-masing. Pada Ca Bau Kan dan Kembang Jepun, Remy berkisah tentang cinta tulen sepasang manusia yang harus berantakan karena zaman dirambahi pergolakan politik dan pepe rangan. Ada benang merah yang mengikat kisah dalam ketiga novelnya, Ca Bau Kan, Kembang Jepun, dan kali ini, Hotel Pro Deo: sensibilitas dalam kehidupan manusia yang membungkus percintaan, kesedihan, pertarungan, intrik, dan kebencian dalam satu genggaman. Hal ini akan membuat pembaca mendapatkan gambaran mengenai isi dan jenis dari novel Hotel Pro-Deo itu sendiri.
Gorys Keraf mengemukakan tujuan menulis resensi sebagai berikut: ”…menyampaikan kepada pembaca apakah sebuah buku atau hasil karya sastra patut mendapat sambutan dari masyarakat atau tidak?” (Keraf, 2001 : 274). Bagaimanapun Hotel Pro Deo sebuah novel yang menghibur, terlebih ketika menemukan cerita tentang aktor-aktor kejahatan kemanusiaan produk Orde Baru berakhir di hotel prodeo. Tentu sayang seribu sayang kisah tersebut cuma bisa ditemui di novel, bukan di alam yang sesungguhnya, tempat banyak pelaku kejahatan hak asasi manusia lenggang kangkung hidup untung. Dan bagaimanapun, seperti kata sejarawan-cum-sastrawan Kuntowijoyo, sastra adalah pekerjaan imajinasi yang lahir dari kehidupan sebagaimana dimengerti oleh pengarangnya. Dari novel ini kita tahu pergulatan batin pe nulis yang mengerti betul bagaimana problematik yang dihadapi bangsanya: banyak bandit berkeliaran di luar penjara. Dalam kutipan resensi diatas, Bonnie terlihat memenuhi sistematika resensi yang baik dengan memberikan pertimbangan buku, kelebihan serta kekurangannya dengan jeli
Selain menulis resensi Hotel Pro Deo, Bonnie pernah menulis resensi Bangsa yang Amnesia serta aktif menulis di Tempo, buku yang Beliau resensi merupakan buku-buku yang sarat akan keadaan bangsa dan sejarahnya dari zaman orde lama dan baru. Peresensi sebaiknya memiliki bekal pengetahuan yang memadai untuk memahami isi buku bersangkutan. Peresensi yang sama sekali tidak tahu sastra, dan tidak pernah membaca buku-buku sastra, tentu akan sulit jika disuruh meresensi novel karya Pramoedya Ananta Toer. Sama halnya jika peresensi yang sama sekali tidak tahu sejarah, dan tidak pernah membaca buku-buku sejarah, tentu akan sulit untuk meresensi buku semacam Hotel Pro Deo ini.

Fanny Sopia Rahayu - Kebangsaan di Mata Seorang Pancasilais

Komentar Resensi Buku Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia
Oleh: Fanny Sopia Rahayu

Pancasila sabagai pandangan  hidup bangsa Indonesia yang menghasilkan sebuah perumusan Kebangsaan di Mata Seorang Pancasilais ini di tulis oleh Yohanes Krisnawan. Ia memaparkan isi, tujuan, referensi teori dan biografi penulis kepada tulisannya. Dari sebuah judul yang mencerminkan pandangan pancasila dari seorang pancasilais, ia mampu mengubah alur dan bahasa yang komunikatif sehingga ia mampu mengadaptasi tulisannya yang mengacu kepada buku karangan Soedirman lebih mudah dipahami.
Resensi itu sendiri menurut Gorys Keraf dalam buku Komposisi menyebutkan bahwa resensi adalah suatu tulisan atau ulasan mengenai nilai sebuah hasil karya atau buku. Dalam resensi yang ditulis oleh Yohannes, ia mengulas latar belakang dari buku Soedirman dengan bahasanya sendiri. Selain itu penulisan resensi ini pun tak lepas dari referen teori yang dikaitkan dengan paham filsafat yang mengulas tentang pancasila, sehingga pembaca dapat menambah wawasannya dengan referensi teori yang di tulis oleh penulis resensi.
Penulis resensi terbuka menyebutkan kekurangan dari buku yang ia resensi. Namun dibalik kekurangan yang diungkapkan tentunya buku ini memiliki banyak keunggulan. Selain itu, resensi ini mewakili dari topik penting buku yang di tulis oleh Soediman. Sesuai dengan teori dasar resensi yang diungkapkan oleh Gorys Keraf bahwa penulis harus memperhatikan dua faktor, yaitu: penulis resensi harus memahami sepenuhnya tujuan dari pengarang aslinya, dan ia harus menyadari sepenuhnya apa maksudnya membuat resensi itu. Sesuai dengan teori yang disebutkan penulis resensi dalam buku ini sudah memahami apa yang ada di dalam buku Soediman, sehingga dengan pengemasan bahasa yang mudah dipahami buku ini menjadi ringan untuk di baca dan dipahami.
Dengan membaca resensi ini, penulis resensi dapat menyampaikan pesan apa yang ditulis oleh Soediman dalam bukunya. Sehingga resensi ini walau hanya memiliki ruang yang terbatas menjadi sebuah bacaan yang menarik dan tentunya syarat akan pengetahuan yang ilmiah dengan penguatan teori-teori yang disuguhkan dalam resensi ini.

Sabtu, 23 Oktober 2010

Andini Putri Pribadini - HOTEL PRO DEO

KRITIK TERHADAP RESENSI NOVEL HOTEL PRO DEO

Menulis resensi adalah suatu ulasan mengenai nilai sebuah buku. Dalam menulis resensi dibutuhkan beberapa kriteria yang perlu dipenuhi agar resensi tersebut betul-betul menyampaikan kepada para pembaca mengenai sebuah buku yang patut mendapat sambutan dari masyarakat atau tidak.
Menurut Gorys Keraf dalam bukunya Komposisi, terdapat beberapa kriteria yang perlu dipenuhi dalam menulis sebuah resensi. Berikut ini akan dibahas apakah penulis resensi telah memenuhi kriteria penulisan resensi sepenuhnya. Dalam resensi novel Hotel Pro Deo penulis telah mempertimbangkan bahasa penulisannya dengan tingkat pendidikan pembacanya. Hal ini dapat diketahui dari media cetak TEMPO yang memuat resensi tersebut, media cetak ini kerap kali dibaca oleh kalangan berpendidikan. Penulis memahami tujuan pengarang novel sepenuhnya, ia menyatakan bahwa pada dasarnya pengarang ingin menyampaikan bahwa ia mengalami pergulatan batin mengenai problematik yang dihadapi bangsanya. Selain untuk menghibur, ia juga menyatakan bahwa pengarang ingin membuktikan kemampuannya yang masih prima di usia yang cukup tua untuk menyelesaikan sebuah novel dengan seribu halaman. Penulis resensi mengetahui dengan baik apa maksud dari pembuatan resensi itu sendiri. Ia memberikan informasi pada para pembaca mengenai sebuah buku yang perlu dipertimbangkan kehadirannya oleh masyarakat. Dalam menulis resensi, penulis tidak lupa menilai buku yang ia resensi sebagai novel yang cukup menghibur. Penulis menyampaikan latar belakang novel dalam resensinya dengan menonjolkan tema buku tersebut yakni, peristiwa dan bermacam insiden bernuansa politis. Mengenai deskripsi buku, penulis sedikit menjabarkan mengenai jumlah halaman novel tersebut, ia tidak menuliskan dengan jelas jumlah bab, tebal buku, ukuran buku, dan format yang terdapat dalam novel tersebut, untuk deskripsi buku selebihnya seperti tahun terbit, badan penerbit, serta terbitan ia cantumkan pada data buku yang berada di tengah resensi tersebut. Penulis resensi memuat ringkasan isi buku di bagian awal resensinya yang mewakili isi buku secara keseluruhan, dengan demikian ia memberikan gambaran yang jelas dan mendetil dalam kepada pembaca mengenai isi buku tersebut dengan menjelaskan tokoh-tokohnya. Dalam memperkenalkan pengarang novel, penulis sekaligus menyampaikan dalam satu kalimat tentang jenis buku atau macam buku pada pembaca. Kemudian ia juga mengungkapkannya kembali dengan menonjolkan ketenaran pengarang dalam karya-karyanya yang lain sekaligus membuat perbandingan antara novel yang ia resensi dengan karya lain yang masih satu pengarang. Ia membandingkan novel tersebut dengan novel Ca Bau Khan dan Kembang Jepun. Ia mengulas segi menarik buku sebagai kelebihan buku tersebut, namun ia lebih sering mengulas segi kelemahan buku sebagai kekurangan buku. Meskipun demikian, ia tidak menjadikan kelemahan buku sebagai satu bagian yang menggambarkan buku tersebut secara keseluruhan. Banyak hal yang ia lewatkan atau tidak ia sampaikan pada pembaca dalam meresensi buku tersebut seperti, organisasi tulisan, teknik atau wajah buku, dan juga kutipan buku tersebut yang menghubungkan antarbagian.
Secara keseluruhan, resensi ini sudah cukup baik dan lengkap dalam memenuhi kriteria resensi meskipun tidak semuanya. Misalnya, tidak adanya pembahasan seputar organisasi tulisan, bahasa pengarang, teknik, wajah, cetakan, tanda baca, dan kutipan penghubung antarbagian. Namun demikian, resensi ini sudah memberikan gambaran yang cukup jelas pada pembaca untuk menilai atau memberikan pertimbangan terhadap kehadiran buku ini apakah layak atau tidak diterima di masyarakat.

Nurul Assokhawati - Dongeng Zaman Pancaroba


Dongeng Zaman Pancaroba

Setelah membaca judul resensi tersebut, pasti dalam pikiran kita membayangkan zaman peralihan dari suatu masa ke masa lain, oleh karena itu disebut pancaroba. Dalam resensi ini Bonnie Triyana mengungkapkan ringkasan cerita dengan menarik, mengulasnya dengan lebih detail terutama saat menjelaskan tentang plot utama dan subplot pada novel Hotel Pro Deo karya Remy Sylado ini.
Ada hubungan erat antara sastrawan dan karya sastranya. Hal inilah yang dibicarakan pada resensi Bonnie Triyana. Menurut  Wellek dan Warren, biografi sastrawan dapat dipelajari dari luar karya sastra dan dari dalam karya sastra yang dihasilkan oleh sastrawan. Sebagai makhluk sosial, sastrawan dipengaruhi oleh latar belakang sosiologisnya yang berupa struktur sosial dan proses-proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial, seperti pada saat Bonnie mengungkapkan tentang adanya sedikit keganjilan dibalik keberhasilan Remy menangkap jiwa (zeitgeist) sebuah periode yang aktraktif untuk diriwayatkan. Selain itu latar belakang psikologis juga disampaikan seperti pada ungkapan Bonnie “Dari novel ini kita tahu pergulatan batin penulis yang mengerti betul bagaimana problematik yang dihadapi bangsanya: banyak bandit berkeliaran di luar penjara”. Unsur-unsur kepribadian sastrawan seperti pengetahuan, perasaan dan dorongan naluri menurut Koentjaraningrat tertuang pada ungkapan tersebut. Kekurangan pada resensi ini justru terdapat sedikitnya teori tentang kebahasaan yang terkait pada novel tersebut padahal ketika sastrawan ingin menyampaikan pesannya, bahasa sebagai mediumnya harus di mengerti oleh pembacanya.
Secara umum, seperti yang dikemukakan Gorys Keraf mengenai resensi yaitu suatu tulisan atau ulasan mengenai nilai sebuah hasil karya atau buku. Resensi ini sudah mencakup semuanya, seperti terdapat isi resensi, ringkasan, kesimpulan, pengenalan sastrawan dan yang terpenting keunggulan dan kelemahan buku serta identitas buku sudah dikupas habis pada resensi ini.

Kinanti Swastika -Kebangsaan di Mata Seorang Pancasilais

Kinanti Swastika

Komentar resensi yang bejudul
Kebangsaan di Mata Seorang Pancasilais

Pancasila menjadi kata pengantar dari resensi Yohanes Krisnawan dan Pancasila menjadi tema dalam buku Soediman Kartohadiprodjo yang berjudul Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia.
Resensi yang bertajuk Kebangsaan di Mata Seorang Pancasilais terdiri dari tiga bagian tersurat selain identitas buku, pertama tentang isi atau gagasan yang diangkat oleh Soediman, kemudian bagaimana sosok Soediman itu sendiri dan diakhir tulisan Yohanes mengemukakan kelemahan buku Soediman. Bagian pertama resensi menampilkan isi buku, pendapat-pendapat yang dikemukakan Soediman, dan perbandingan dengan pendapat lain tentang Pancasila.
Bagian tengah buku yang dimulai pada subjudul Pelopor filsafat Pancasila, menjabarkan bagaimana seorang Soediman yang menanamkan Pancasila di civitas Fakultas Hukum Universitas Katolik Parahyangan. Kemudian di paragraf terakhir Yohanes mengemukakan kelemahan buku ini dari sisi penyuntingan. Selanjutnya ada hal yang diungkapkan Yohanes secara tersirat, yakni keunggulan buku yang masuk dalam rangkaian penjabaran isi.
Hanya saja resensi Yohanes tidak menampilkan semua hal-hal yang seharusnya tedapat dalam suatu resensi, Gorys Keraf mengatakan bahwa sebuah resensi juga menampilkan klasifikasi buku yang diresensi, kemudian mengulas organisasi buku juga dinilai dari sisi bahasanya serta mengemukakan sasaran pembaca sebuah buku. Namun, hal tersebut tidak dikemukakan Yohanes dalam resensinya.
Selain itu seharusnya penjabaran tentang sosok Soediman tidak perlu selengkap itu, kerena seharusnya sebuah resensi adalah penilaian buku, sedangkan dalam resensi Yohanes sosok Soediman begitu lengkap dijabarkan dan tidak semuanya yang dijabarkan Yohanes berkaitan langsung dengan buku Seodiman.


Kinanti Swastika
2115081331(3.a)
PK. Menulis

Jumat, 22 Oktober 2010

Ririn Puspitaningrum - Kebangsaan di Mata Seorang Pancasilais


Nama   : Ririn Puspitaningrum
Kelas   : 3-A


KOMENTAR UNTUK RESENSI YANG BERJUDUL “KEBANGSAAN DI MATA SEORANG PANCASILAIS”


Bila dilihat secara keseluruhan, resensi ini sudah termasuk resensi yang lengkap jika kita melihat acuan menulis resensi berdasarkan buku Komposisi karya Gorys Keraf. Namun, kita tahu bahwa di dunia ini tidak ada yang sempurna begitu pula pada resensi ini, bisa dibilang resensi ini adalah resensi lengkap namun belum sempurna.
Saat membaca resensi di paragraf satu sampai paragraf dua, kita telah menemukan latar belakang mengapa pengarang menulis buku tersebut. Yohanes sebagai peresensi menyebutkan bahwa pidato-pidato Bung Karno telah membuka paradigma pengarang sehingga pada akhirnya menulis buku itu. Yohanes dalam resensinya pun menjelaskan sedikit mengenai pemikiran Bung Karno yang membuat pengarang yakin dan merasa terilhami. Hal itulah yang menjadi nilai tambah untuk resensi ini karena memang latar belakang penulisan merupakan pokok-pokok yang dapat dijadikan sasaran penilaian sebuah buku (komposisi, Gorys Keraf).
Pada paragraf tiga dan paragraf empat masih berhubungan dengan latar belakang penulisan, dijelaskan bahwa Soediman sebagai pengarang buku mengambil referensi dari buku-buku yang ditulis oleh pemikir barat untuk dijadikan acuan dalam penulisan bukunya. Buku-buku dari pemikir barat itu telah membuka kesadarannya tentang masa krisis dan kemerosotan sehingga menurutnya Indonesia harus waspada dalam mempergunakan unsur-unsur kebudayaan barat untuk pembangunan. Kalimat itu merupakan salah satu latar belakang penulisan yang juga menjadi bagian dari isi buku tersebut.
Pada bagian sub judul “revolusi total” resensi ini merupakan bagian dari penilaian peresensi terhadap isi buku yang diresensinya atau disebut juga keunggulan buku dalam buku komposisi Gorys Keraf. Di dalam penilaian tersebut terdapat organisasi buku yaitu hubungan antara satu bagian dengan bagian yang lain sehingga terlihat lebih sistematis dan tidak mengacak. Dalam sub judul ini juga terdapat pemikiran-pemikiran Bung Karno tentang revolusi total dan dilanjutkan oleh pemikiran Soediman di dalam buku tersebut.
Pada sub judul selanjutnya yaitu “pelopor filsafat pancasila” memperkenalkan siapa pengarang, latar belakangnya dan pendidikan yang ditempuhnya. Hal itu merupakan bagian dari latar belakang pengarang yang juga dijelaskan di buku komposisi mengenai dasar-dasar resensi. Bisa dibilang resensi yang baik karena memperkenalkan pengarang buku sesuai dengan buku yang ditulisnya dalam arti antara buku yang ditulis dengan latar belakang penulis berkaitan.
Pada paragraf terakhir, Yohanes pun mengungkapkan sedikit mengenai kelemahan dari buku tersebut. Kelemahan yang dilihat mengenai unsur kebahasaan seperti penyuntingan, kesalahan teknis pada tulisan, tata letak, daftar isi, daftar pustaka, dll. Namun, yang kurang dari resensi ini adalah mengenai macam atau jenis buku. Di buku komposisi karya Gorys Keraf diungkapkan bahwa peresensi yang tidak mencantumkan jenis buku apa yang diresensi, maka ia sudah gagal dalam melaksanakan tugasnya. Ia seharusnya menunjukkan kepada pembaca, buku yang baru diterbitkan itu termasuk dalam golongan buku yang mana. Dengan kata lain, harus mengadakan klasifikasi mengenai buku itu. Tapi sayangnya tidak diungkapkan pada resensi Yohanes ini.