Beranda

Rabu, 20 Oktober 2010

Gita Rosi Wulandari - Kebangsaan di Mata Seorang Pancasilais

Nama             : Gita Rosi Wulandari
No. Reg         : 2115081326

            Resensi yang berjudul Kebangsaan di Mata Seorang Pancasilais yang ditulis oleh Yohanes Krisnawan jika disesuaikan dengan teori resensi dari Gorys Keraf dalam bukunya yang berjudul Komposisi, untuk memulai menulis resensinya seorang penulis harus memulai dengan mengemukakan tema yang ingin disampaikan pengarang melalui bukunya. Jika dilihat pada resensi Kebangsaan di Mata Seorang Pancasilais, penulis sudah mengungkapkan apa yang ingin disampaikan pengarang melalui bukunya. Penulis juga melengkapinya dengan deskripsi isi buku secara singkat. Penulis resensi juga tak lupa memperkenalkan pengarangnya yaitu Soediman Kartohadiprodjo. Penulis mnceritakan bagaimana kehidupan si pengarang yang sejak muda sudah mendapatkan pendidikan barat, serta bagaimana perjalanan si pengarang. Dengan begitu, penulis resensi ini sudah memenuhi teori resensi menurut Gorys Keraf yang harus dinilai dalam membuat resensi yang termasuk pada latar belakang. Dari latar belakang inilah seorang peresensi dapat memulai untuk menulis resensinya terhadap penilaian suatu buku.
            Kemudian, jika kita kembali melihat teori resensi, penulis resensi harus mengetahui buku tersebut. Buku itu termasuk buku seperti apa dan dapat digolongkan ke dalam buku apa. Dalam hal ini penulis dapat membandingkan buku yang ingin ia nilai dengan buku lain yang sama dalam pembahasannya. Seperti pada Yohanes, ia dapat membandingkan buku karangan Soediman dengan buku karangan-karangan orang lain. Dengan begitu penulis dapat menggolongkan macam atau jenis buku. Dengan kata lain, penulis resensi sesuai dengan apa yang ada dalam teori untuk menulis resensi.
            Dalam menulis resensi hal yang paling penting juga adalah menilai keunggulan buku. Dalam bukunya Gorys Keraf, seorang penulis resensi untuk menilai keunggulan buku dapat dilihat dari kerangka buku itu, hubungan antara satu bagian dengan bagian yang lain. Dalam hal ini, penulis resensi hanya mengungkapkan “secara substansial buku ini sangat inspiratif”. Penulis tidak membahas keunggulan buku lebih jauh. Selanjutnya, penulis selain mengungkapkan keunggulan buku tersebut, kemudian diikuti dengan kelemahan dari buku yang ia nilai. Dalam resensi yang ditulis oleh Yohanes, kelemahan buku lebih banyak diungkapkan dari pada keunggulan buku itu sendiri. Penulis menilai kelemahan buku tersebut terletak pada penyuntingan. Buku tersebut tidak didukung dengan penyuntingan yang baik. “Selain banyak terjadi kesalahan teknis dalam tulisan, tata letak yang kurang nyaman, penyajian daftar isi, dan daftar pustaka juga tidak sesuai kaidah”. Hal-hal itulah yang diungkapkan oleh penulis dalam menilai kelemahan buku yang ia nilai.
            Secara keseluruhan, penulis sudah sesuai dengan teori resensi yang ada. Penilaian terhadap buku tersebut terlihat apa adanya tanpa ada yang ditambahkan.

1 komentar:

feni arini mengatakan...

setelah membaca komentar resensi dari saudara gita, saya melihat komentar terhadap resensi ini sudah diawali dengan teori dari resensi, jadi jelas dalam memberikan komentar. Namun, menurut saya tidak diperjelas dibagian mana dari resensi aslinya yang menyatakan sudah adanya latarbelakang atau kepengarangan atau unsur-unsur resensi jadi bisa dikatakan kurang memberikan contoh kutipannya.
secara sistematis, komentar yang ditulis gita telah mengikuti alur dari teori resensi. Juga yang terpenting ialah ada awal, isi yang dibahas dan kesimpulan.
Lagi-lagi yang saya tegaskan di dalam tulisan ini kurang memiliki contoh dari kutipan resensi aslinya, selain daripada itu, tulisan ini telah menggunakan bahasa yang baik.