Beranda

Minggu, 05 Desember 2010

AHMAD MARZUQI - Mengaktifkan Peserta Didik

Mengaktifkan Peserta Didik
Oleh: Ahmad Marzuqi


Judul : Active Learning
101 Strategi Pembelajaran Aktif
Judul Asli : Active Learning
101 Strategies to Teach Anysubject
Penulis : Mel Silberman
Penerjemah : Sarjuli, dkk.
Penerbit : Pustaka Insan Madani
ISBN : 978-979-026-044-3


Salah satu alasan yang menyebabkan gagalnya kegiatan pembelajaran di sekolah adalah salahnya guru dalam menggunakan metode pembelajaran. Untuk mengatasi itu, guru dituntut untuk mengetahui berbagai metode pembelajaran. 

Siswa yang aktif

Tidak dapat dipungkiri bahwa kenyataan selama ini di lapangan, guru cenderung hanya menggunakan satu metode konvensional di dalam kelas, ceramah. Penggunaan metode ini dinilai kurang efektif dalam membelajarkan siswa. Siswa akan cepat merasa bosan, kegairahan belajar berkurang, perhatian terhadap pelajaran menurun, dan akhirnya kegiatan belajar menjadi kurang atau bahkan tidak optimal.

Hal lain yang menyebabkan kurang efektifnya metode yang paling umum diterapkan guru itu adalah karena sifatnya yang auditoris. Siswa akan mudah lupa. Seperti yang diungkapkan Confusius, what I hear, I forget. Apa yang saya dengar, saya lupa. Siswa akan mudah lupa jika hanya mendengar. Untuk itu, jangan biarkan siswa hanya mendengar.

Membuat siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran adalah salah satu alternatif dalam memecahkan masalah klasik di atas. Pembelajaran tak lagi diperankan tunggal oleh guru, tetapi lebih ditekankan kepada keaktifan siswa. Active Learning menciptakan susasana lain di dalam kelas yang akan lebih mengoptimalkan proses pembelajaran.

Apa itu active learning? Seperti apa? Buku Active Learning-101 Strategi Pembelajaran Aktif hadir memberi jawaban. Buku ini menjabarkan apa itu active learning, untuk apa, apa kegunaannya, apa kelebihannya, dan juga 101 strategi yang akan mengaktifkan siswa di dalam kelas.

Salah satu yang ditekankan dalam pembelajaran aktif antara lain pengajaran teman sebaya (peer teaching). Menurut Silberman, satu mata pelajaran benar-benar dikuasai apabila seorang peserta didik mampu mengajarkan kepada peserta lain karena dalam proses ini. Peserta didik akan mempelajari sesuatu dengan baik pada saat yang sama saat ia menjadi narasumber bagi yang lain. Tidak bisa tidak, karena bagaimanapun, mereka harus mengetahui dan memahami dengan pasti apa yang akan diajarkannya kepada temannya.

Metode lain dalam active learning yang dipaparkan dalam buku ini adalah belajar dengan cara bekerja sama. Berikan tugas belajar kepada siswa dan minta mereka menyelesaikannya dalam kelompok kecil. Rasa kebersamaan, perbedaan pandangan, pemahaman, dan pengetahuan menciptakan suasana yang menguntungkan dalam pembelajaran.

Tidak selamanya guru harus menjadi aktor tunggal dalam pembelajaran di kelas. Mengaktifkan siswa adalah adalah salah satu solusi dalam mengoptimalkan proses pembelajaran, daripada mempertahankan kekonservatifan metode ceramah yang membosankan.

Pelopor pembelajaran aktif

Melvin L. Silberman adalah seorang psikolog yang memiliki reputasi internasional sebagai pelopor pembelajaran aktif. Dr. Mel adalah ahli di bidang psikologi pendidikan dari Temple University. Mendapat gelar psikologi pendidikan dari University of Chicago dan Ph.D. dari Brandies University.
Karya-karya Mel yang lain banyak menekankan pada keaktifan. Di antaranya Active Training (1990), 20 Active Training Programs vol. 1 (1992), 20 Active Training Programs vol. 2 (1994), dan 101 Ways to Make Training Active (1995)

Buku Active Learning ini layak dibaca oleh orang-orang yang bergelut di bidang pendidikan, terutama para guru dan calon guru. Strategi-strategi di dalamnya akan sangat bermanfaat dalam meningkatkan dan mengembangkan kualitas pembelajaran. Sayangnya, bahasa yang digunakan dalam buku ini berbelit-belit dan tidak lugas. Diperlukan pemahaman yang mendalam dalam mencerna kata-katanya. Selain itu, kesalahan-kesalahan teknis seperti kesalahan penulisan dan kurang baiknya penyuntingan mengganggu kenikmatan membaca buku ini.

3 komentar:

Andini Putri Pribadini mengatakan...

Komentar resensi :

Judul resensi sudah sesuai dengan pokok pembahasan buku yang akan diresensi. Kemudian deskripsi buku kurang lengkap seperti tidak adanya kota terbit, tahun terbit, cetakan, tebal buku, harga buku, jumlah halaman, dan dimensi buku. Judul buku perlu ditulis miring karena judul tersebut menggunakan bahasa asing. Terdapat penggunaan kata dan konjungsi yang kurang tepat kemudian diikuti kurangnya variasi penggunaan kata. Terdapat paragraf-paragraf dengan pokok pikiran yang sama namun, dipisahkan menjadi dua paragraf. Di bagian lain terdapat pula ketidaknyambungan antara kalimat satu dengan kalimat yang lain seperti "Salah satu yang ditekankan dalam pembelajaran aktif antara lain pengajaran teman sebaya (peer teaching). Menurut Silberman, satu mata pelajaran benar-benar dikuasai apabila seorang peserta didik mampu mengajarkan kepada peserta lain karena dalam proses ini. Peserta didik akan mempelajari sesuatu dengan baik pada saat yang sama saat ia menjadi narasumber bagi yang lain." Peresensi kerap kali salah atau lupa meletakan tanda titik.

Pendahuluan telah memuat latar belakang buku dan tema dari buku tersebut. Apa yang sebenarnya ingin disampaikan oleh penulis melalui bukunya telah ditankap oleh peresensi dan dimuat dalam resensinya dengan kata lain peresensi memahami tujuan penulis yang sesungguhnya. Peresensi juga menjelaskan seberapa detail penulis menulis buku tersebut.

Peresensi juga menjelaskan segi menarik atau keunggulan buku tersebut. Dalam pemaparannya, peresensi mengungkap ringkasan atau ikhtisar buku. Peresensi memperkenalkan penulis melalui ketenaran namanya serta perbandingan dengan buku lain.

Peresensi menunjukkan penilaiannya terhadap buku tersebut melalui pertimbangan pembaca.Ia menjelaskan kelemahan buku tersebut dari aspek bahasa buku yang sulit dimengerti serta teknik cetakan buku seperti penulisan dan penyuntingan. Sayangnya peresensi tidak membahas bagaimana wajah buku dan penggunaan tanda baca namun, semua kekurangan tersebut tidak menjadikan sebuah gambaran secara umum mengenai isi buku.

Peresensi melewatkan penjelasan perihal keberadaan kotak pesan yang menghubungkan antarbagian dengan tujuan untuk mengingatkan kembali isi metode. Peresensi juga melewatkan jenis buku, apakah buku tersebut termasuk fiksi, nonfiksi, atau novel?

semoga kritik ini bermanfaat.

alfiana rr mengatakan...

unsur yang biasanya terdapat dalam resensi antara lain identitas buku, kelemahan dan kelebihan, dan identitas pengarang. dalam resensi ahmad marzuqi unsur-unsur itu sudah ada.

achmad fadhiL mengatakan...

secara teknis fadhil tidak mengerti, tapi yang fadhil mau kasih saran saja. menurut saya penulis resensi masih ada keberpihakan dalam satu sisi saja. seharusnya penuis resensi ini melihat suatu objek harus benar - benar pada tataran objek. selain itu, deskriptif yang di jabarkan oleh penulis ini kurang lugas dan terstruktur.