Beranda

Kamis, 21 Oktober 2010

Bahiyyatul Fikroh - Poros Paradikmatik Bahasa Afrizal Malna


1   1. Resensi menunjukkan bahwa penulis resensi mengetahui atau memahami tujuan pengarang buku dengan  sempurna. Hal ini dapat dilihat dari paragraph ketiga: “Afrizal tidak berambisi untuk menghimpun makna konvensional dalam sajaknya.

      2. Resensi buku hanya terpaku pada isi buku, berupa ikhtisar dari keseluruhan isi buku. Hal-hal lain yang seharusnya turut dipaparkan dalam resensi, diabaikan oleh Acep (penulis resensi). Misalnya seperti identitas atau latar belakang pengarang dan karya-karyanya. Dari paragraph pertama hingga paragraph terakhir tidak ditemukan penjelasan mengenai latar belakang pengarang. Penjelasan tersebut sangat penting bagi pembaca (resensi) untuk mengetahui nilai buku yang diresensi tersebut pada buku “komposisi” dijelaskan bahwa penulis resensi harus memperkenalkan pengarangnya (namanya, ketenaran yang diperolehnya, buku atau karya mana yang telah ditulisnya, atau mengapa ia sampai menulis buku itu. Seperti dalam buku Keraf (2004: 276).

3.      3. Keunggulan buku hanya disorot pada isi buku sedangkan keunggulan lain yang dapat pula ditemukan dalam organisasi buku, bahasa yang digunakan maupun teknik penulisan buku tidak ditonjolkan sama sekali.

4.      4. Dalam resensi tersebut tidak ditunjukkan kekurangan buku, penulis resensi hanya memaparkan kelebihan-kelebihan isi buku.


Referensi:
Keraf, Gorys. Komposisi. Jakarta: Nusa Indah. 2002

1 komentar:

Ayu Puspa Nanda mengatakan...

Pada umumnya, bahiyatul fikrah sudah membuat komentar resensi yang cukup bagus. Tapi saya terganggu dengan cara penulisan komentarnya yang dibuat per point. Memang seperti ikhtisar, tetapi hal itu membuat banyak kekurangan informasi yang disebabkan oleh cara penulisannya. Fika menulis komentar sudah berdasarkan teori resensi akan tetapi dia kurang bisa menggabungkan antara teori yang ia miliki dengan resensi yang sudah ia baca sehingga, saya sebagai pengomentar jadi lebih tau teori resensinya daripada komentar Fika sendiri terhadap apa yang ia baca, yakni tentang Poros Paradigmatik Bahasa. Terima kasih.